DINAMIKA BERIMAN NIKODEMUS
DINAMIKA
BERIMAN NIKODEMUS
Dalam
Injil Yohanes, Nikodemus merupakan tokoh yang unik karena muncul tiga kali
dalam pasal yang berbeda (Yoh 3: 1-21; 7:50; 19:39). Ada tiga hal yang ingin diperlihatkan
di sini berkaitan dengan iman Nikodemus. Pertama,
Nikodemus memulai membangun iman dari rasa ingin tahu melalui percakapan dengan
Yesus. Kedua, iman Nikodemus mulai
bertumbuh secara perlahan sampai ia mampu melakukan pembelaan terhadap Yesus. Ketiga, iman Nikodemus ditampilkan
secara jelas kepada publik dalam keterlibatannya pada penguburan Yesus.
Nikodemus adalah seorang
Yahudi yang terpelajar dan memiliki tujuan yang tulus, meskipun imannya belum
sempurna. Sosok Nikodemus ingin memperlihatkan bahwa ada orang-orang Yahudi yang
bersimpati terhadap orang Kristen, tetapi mereka tidak memiliki keberanian
untuk mengakui iman mereka secara terus terang. Kedatangan Nikodemus pada malam
hari ingin menggambarkan dirinya yang termasuk dalam kegelapan dan
ketidakpercayaan, sehingga tidak dapat menerima terang (bdk. Yoh 1:5). Nikodemus menghormati Yesus dengan sebutan Rabbi dan Seorang guru yang
datang dari Allah, tetapi ia belum mampu membangun imannya. Ia hanya
menumbuhkan rasa ingin tahu dari segala tanda yang dilakukan oleh Yesus.
Yesus
mengalihkan percakapan ke tingkat yang lebih tinggi. Yesus mengatakan bahwa
seseorang perlu ‘dilahirkan kembali’ untuk dapat masuk kerajaan surga. Kata
‘dilahirkan kembali’ merujuk pada kelahiran rohani, yang berasal dari ilahi.
Nikodemus justru memahaminya secara berbeda, dengan mengatakan bagaimana hal
itu dapat terjadi karena ia sudah tua. Nikodemus berpikir mengenai proses
pengulangan dari kelahiran manusiawi. Hal ini ingin menunjukkan bahwa ‘kebutaan
manusiawi’ akan menghalangi pewahyuan Allah yang berada di depan mata.
Yesus
kemudian mencoba memperlihatkan sifat ilahi itu dengan mengkontraskan antara
daging dan roh (Yoh 3:6). Hal ini mau memperlihatkan perbedaan antara yang
duniawi dan ilahi. Selain itu, Yesus juga ingin memperlihatkan bahwa kelahiran
kembali itu dilaksanakan secara misterius oleh kuasa ilahi. Namun, Nikodemus
tetap menemui teka-teki (Yoh 3:9). Hal ini menekankan kebutaan dari pemimpin
agama Yahudi. Yesus terus memberikan pengajaran secara lebih detail dengan
menekankan bahwa hanya kepercayaan yang memampukan orang memahami sifat ilahi
itu. Dengan kata lain kepercayaan dapat mendatangkan keselamatan.
Sosok
Nikodemus kembali ditampilkan dalam pembelaannya terhadap Yesus (Yoh 7:50). Hal
ini sangat menarik karena ada suatu pembelaan. Tampaknya pembelaan ini hendak
memperlihatkan bahwa ada beberapa orang yang terkesan secara diam-diam akan
pengajaran Yesus (Yoh 7:40). Sikap seperti itu juga ditampakkan dalam diri
Nikodemus yang melakukan pembelaan terhadap Yesus.
Nikodemus
pada akhirnya ditampilkan lagi dalam peristiwa pemakaman Yesus (Yoh 19:39). Hal
ini sekali lagi ingin menekankan sikap beriman secara diam-diam dari orang
Yahudi yang gentar terhadap pengusiran dari sinagoga. Sikap Nikodemus yang datang
pada pemakaman Yesus menjadi suatu pemakluman ‘kaum beriman rahasia’ terhadap
publik dan sekaligus menjadi kritik terhadap mereka yang takut terhadap praktek
pengucilan dari sinagoga karena kepercayaan pada Yesus.
Dari kisah Nikodemus ini,
saya mendapat suatu insight. Saya
melihat bahwa kehidupan beriman itu membutuhkan suatu proses. Seseorang tidak
bisa serta-merta membangun iman yang kokoh tanpa menghayati dan mempelajari
iman itu secara terus-menerus. Hal yang paling penting ialah bahwa keadaan
manusiawi itu kadang menjadi penghalang dalam membangun iman, tetapi dengan
adanya kepercayaan, iman itu akan tumbuh dan menjadi kuat.
Komentar
Posting Komentar