PENDERITAAN MENURUT PAULUS


PENDERITAAN MENURUT PAULUS
Panggilan Paulus sebagai seorang rasul ialah mewartakan Injil. Tugas mewartakan Injil ini telah disadari dengan sungguh sejak ia menerima pengutusan dari Yesus Kristus. Ia hidup dengan membaktikan diri sepenuhnya pada pewartaan Injil. Mewartakan Injil merupakan tugas  penting yang harus diemban, maka ia sampai pada perkataan “Celakalah aku kalau aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16). Akan tetapi, pewartaan Injil tidaklah mudah. Paulus akan menemukan berbagai penderitaan dalam mewartakan Injil. Hal itu telah di beritahukan oleh Tuhan “Aku sendiri akan menunjukkan padanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku” (Kis 9:16).
Penderitaan dalam perutusan Paulus sebagai seorang rasul mengandung dua bentuk yaitu penderitaan batin dan penderitaan fisik. Pertama, penderitaan batin adalah suasana batin yang dialami Paulus ketika berhadapan dengan orang-orang yang menolak apa yang ia wartakan. Dalam perutusan Paulus, tidak semua orang menerima begitu saja apa yang diwartakan oleh Paulus. Ada orang-orang tertentu yang secara terbuka menolak apa yang diwartakan (Lih. Kis 13:50). Di samping itu, dinamika hidup beriman yang dialami oleh jemaat yang telah dibangun turut mempengaruhi batin Paulus. Ia dituntut untuk menjawab persoalan yang muncul di tengah kehidupan umat di saat ia tidak berada bersama mereka (Lih 1Tes 5: 1-11). Kedua, penderitaan fisik adalah kekerasan yang dialami oleh Paulus dalam mewartakan Injil seperti penyesahan, didera, dilempari batu, terkatung-katung di tengah laut, bahaya penyamun, tidak tidur, lapar, dan kedinginan (Lih. 2Kor 11:24-25).  Selain itu, Paulus juga harus mendekam di penjara karena tugas pewartaan Injil (Bdk. Flp 1:13). Baik penderitaan batin maupun penderitaan fisik, harus dialami Paulus sebagai pewarta Injil. Semua ini dihadapi Paulus dengan penuh kebanggaan. Melalui penderitaan itu, Ia menyadari bahwa pewartaan Injil yang menjadi tugasnya dapat menghasilkan buah-buah yang semakin menguatkan iman jemaatnya.
Penderitaan yang dialami oleh Paulus merupakan suatu tanda dari Allah yang hendak mengajar dan mempersiapkan dirinya, supaya dapat menolong orang-orang lain yang berada dalam penderitaan (Bdk. 2Kor 1:1-11). Melalui penderitaan itu, Paulus secara tidak langsung belajar tentang pengalaman jemaat yang mengalami penderitaan. Dengan kata lain, Allah mau menunjukkan kepada Paulus tentang bagaimana hidup dalam penderitaan itu.
Paulus merasa senang di dalam penderitaannya sebab semua itu menyatakan kuasa Allah dan kuasa Allah disempurnakan dalam penderitaan manusia. Penderitaan di sini bukanlah penderitaan yang sengaja ditimpahkan seseorang ke atas dirinya dengan harapan bahwa perbuatannya itu akan mendatangkan keselamatan, melainkan penderitaan karena Kristus. Paulus merasa kuat dalam menanggung penderitaannya karena dia menyadari bahwa dalam kelemahan itu, kuasa Allah ada pada dirinya. Dengan kata lain, kelemahan itu membuat Paulus mengalami kuasa Allah, sehingga ia memperoleh kekuatan untuk menanggung segala penderitaan itu (Bdk. 2Kor 12:10).
Penderitaan yang dialami oleh  Paulus juga memperlihatkan suatu otensitas iman, artinya Paulus memperlihatkan kepada seluruh jemaat bahwa iman yang sungguh mengakar dalam diri membuat orang selalu siap sedia menanggung segala hal, termasuk penderitaan itu. Dalam penderitaan iman itu akan diuji sejauh mana orang dapat mempertahankan imannya. Allah akan memberikan keberanian kepada orang yang mau berusaha bertahan dalam imannya (Bdk. 1Tes 2:1-2). Pada akhirnya, Paulus melihat penderitaan sebagai suatu hal yang membanggakan karena di situ dia mengalami suatu pengalaman sebagai rasul sejati sebagaimana Yesus Kristus.

Komentar

Postingan Populer